Semenjak mulai digulirkannya kurikulum baru yang sarat
dengan berbagai opini di tengah masyarakat bahkan di kalangan pemangku
pendidikan akhir-akhir ini, beberapa kejadian mengejutkan pun menghiasi dan menebarkan
pesona kekejian, pertikaian, dan bahkan pengerusakan kesucian anak-anak bangsa
yang penuh harapan.
Akhir-akhir ini kita menyaksikan di beberapa media,
sebuah kejadian memilukan yang seakan-akan menjadi peristiwa bersejarah untuk
diterawang dan direnungkan bersama untuk sebuah introspeksi kelayakan dari
sebuah sistem pendidikan kita. Peristiwa memilukan ini dapat kita opinikan
sebagai kado perpisahan untuk pencetus kurikulum 2013 yang membanggakan namun
penuh dengan dilematika.
Banyak definisi yang menjelaskan makna pendidikan, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa, pendidikan
adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu
pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan
pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka
berkembang. Definisi pendidikan secara lebih khusus adalah suatu
proses pertumbuhan dimana seseorang individu “dibantu” mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya.
Sehingga dapat sama-sama
kita simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam rangka
menanamkan daya-daya kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman
kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek keterampilan)
yang dimiliki oleh seorang individu.
Merujuk
dari definisi di atas, tersadar ataupun tidak bahwa pendidikan hanya menuntut 3
(tiga) aspek penting, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan). Aspek kognitif akan dapat diperoleh oleh seseorang
jika kemampuan intelegensinya mencukupi; sementara aspek afektif akan dapat
diperoleh melalui pengalaman dan keteladanan; dan aspek psikomotor akan
diperoleh dari sebuah gagasan yang bersumber dari pengalaman dan eksplorasi
lingkungan sehari-hari.
Dengan
demikian, peristiwa memilukan yang menghiasi duka pendidikan kita akhir-akhir
ini kemungkinan besar terjadi karena 3 (tiga) aspek di atas tidak dijadikan
dasar untuk menyempurnakan niat memperbaiki sistem pendidikan kita. Marilah
kita tengok lebih dalam, untuk mencapai sebuah pengetahuan paling tidak kita
harus berikhtiar sempurna untuk mencari referensi yang relevan dengan
kebutuhan; begitu juga untuk menumbuhkembangkan keteladanan, paling tidak kita
harus mengkaji diri dengan selayak-layaknya; dan untuk menghasilkan sebuah ide
besar yang akan ditanamkan dan diaplikasikan, paling tidak kita harus mumpuni
dengan pengalaman dan ekplorasi dari kebutuhan sehari-hari.
Yang
menjadi pertanyaan kita sekarang apakah para pemangku pendidikan (pendidik)
sudah memiliki pengetahuan yang memadai untuk menjalankan sebuah sistem yang
diterapkan pemerintah? Apakah pemangku pendidikan (pendidik) sudah siap menjadi
figur membanggakan untuk dijadikan acuan afektif dalam keteladanan? Dan, apakah
para pemangku pendidikan (pendidik) sudah siap dengan ide-ide besar guna
menghasilkan karya yang membanggakan dari anak bangsa yang dididiknya?
Tiga
pertanyaan di atas, apakah sudah dipelajari dengan seksama oleh pembuat
kebijakan? Memang, Kurikulum 2013 sudah mencakup 3 (tiga) aspek di atas
(kognitif, afektif, dan psikomotorik), namun kesiapan untuk menjalankan sebuah
hal baru yang penuh dengan tanda tanya ini sudahkah dikaji dengan
sebaik-baiknya sehingga tidak ada lagi buku yang kurang, guru yang tidak paham
dengan singkatnya materi di dalam pembelajaran.
Dana
yang tidak main-main untuk sebuah pelatihan dapat dipastikan hasilnya nol
besar, bahkan untuk menuju ke sebuah harapan yang dicita-citakan dari kurikulum
2013 ini hasilnya adalah petaka, karena bisa jadi guru meninggalkan siswanya
dalam proses KBM untuk mencari ilmu tentang kurikulum baru penuh dilema.
Untuk
itu, kejadian memilukan dalam dunia pendidikan yang terjadi akhir-akhir ini
selaiknya marilah kita jadikan sebagai sebuah usaha sadar diri untuk
menyempurnakan kurikulum baru ini sebelum diimplementasikan dengan seutuhnya. Mari
kita selamatkan kurikulum 2013 untuk kemajuan bangsa dan negara. Semoga
bermanfaaat!
0 komentar:
Posting Komentar