Terpujilah wahai engkau ibu bapak
guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
Lagu karya Pak Guru Sartono di atas
membawa kita untuk merenungkan, bahwa Kita dipuji semua orang, nama kita selalu
hidup dan terkenang dalam jiwa insan cendikia. Bakti kita selalu rapi dan
tidak dapat terhapus sehingga menjadi sebuah prasasti indah untuk sebuah
pengabdian.
Kita adalah cahaya dalam redupnya dunia.
Kita adalah penyejuk di kala jiwa harus rapuh dengan amoral. Kita adalah
penyeru, penentu, dan pencetus harapan bangsa. Selalu ada untuk negeri ini,
meskipun tanpa penghargaan. Hanya nama “guru” yang selalu agung untuk dikenang.
Lebih dari setengah abad, 2 windu deklarasi perwujudan cita-cita itu dikumandangkan. Kini, dalam usia yang telah amat matang 70 tahun menjadi hari yang membanggakan bagi semua guru, insan professional pengubah akhlak, penentu watak, pencetus prestasi, dan center peradaban. Di berbagai belahan dunia, peringatan hari guru juga dilaksanakan dan penanggalannya pun berbeda dengan di Indonesia sendiri.
Lebih dari setengah abad, 2 windu deklarasi perwujudan cita-cita itu dikumandangkan. Kini, dalam usia yang telah amat matang 70 tahun menjadi hari yang membanggakan bagi semua guru, insan professional pengubah akhlak, penentu watak, pencetus prestasi, dan center peradaban. Di berbagai belahan dunia, peringatan hari guru juga dilaksanakan dan penanggalannya pun berbeda dengan di Indonesia sendiri.
Melalui
tulisan ini, penulis ingin menyajikan sejarah hari guru yang terambil dari
berbagai sumber, yang mudah-mudahan menjadi sumbangsih berharga untuk sama-sama
kita renungkan…
Berawal dari tekad dan kesadaran kebangsaan, serta semangat
perjuangan dalam diri anak bangsa, mendorong para guru pribumi memperjuangkan
persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah
Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke
tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak
pada kesadaran dan cita-cita. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan
nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi
telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriakan “merdeka.”
Pada
tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
“Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh
Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan
bangsa Indonesia.
Pada
zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas. Semangat proklamasi
17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24
– 25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini, segala organisasi dan
kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan,
lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah
guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai
pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November
1945 atau seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan
semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tangan bau mesiu pemboman oleh
tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk
mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan: Memepertahankan dan menyempurnakan
Republik Indonesia; Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan dasar-dasar kerakyatan; Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada
khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itulah,
semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat
persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia.
Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan,
organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik,
independen, dan tidak berpolitik praktis.
Untuk itulah,
sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan
Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25
November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun…
Demikian sekelumit kisah penuh perjuangan dan penuh harapan yang
kiranya dapat kita ambil kemilaunya untuk sama-sama kita pamerkan, bahwa hari
guru bukanlah hari ulang tahun saja, melainkan hari guru adalah hari di mana
kita kembali mengenang hakikat indah dari mulainya sebuah perjuangan dan
pengorbanan untuk kebaikan negeri Indonesia tercinta.
1. Ing Ngarso Sung Tulodo: Di depan seorang Guru harus dapat
memberikan contoh atau Teladan yang baik kepada siswa-siswinya.
2. Ing Madya Mangun Karso: Di tengah atau bersama-sama dengan
Siswa, Seorang guru diharapkan dapat aktif bekerjasama dengan siswa dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan.
3. Tut Wuri Handayani: Di belakang, Seorang Guru harus
mampu mengarahkan dan memotivasi peserta Didik agar dapat mencapai hasil
belajar yang optimal.
Mudah-mudahan kita dapat
melaksanakan titah Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara di atas, karena dengan
ketiga modal di atas, Insyallah tujuan pendidikan yang termuat di UUD 1945 alinea
4, yaitu: “Mencerdasakan kehidupan Bangsa” Yang artinya Guru mempunyai tugas
menumbuhkan Kemampuan anak didiknya yang dapat meningkatkan mutu kehidupan Bangsa dapat sama-sama kita
wujudkan. Amin!!!
Selamat Hari Guru, semoga kebaikan
selalu dilimpahkan Tuhan Yang Maha Kuasa!!!
0 komentar:
Posting Komentar