Loading...
Rabu, 22 Oktober 2014

POTRET MEMILUKAN KURIKULUM 2013

Semenjak mulai digulirkannya kurikulum baru yang sarat dengan berbagai opini di tengah masyarakat bahkan di kalangan pemangku pendidikan akhir-akhir ini, beberapa kejadian mengejutkan pun menghiasi dan menebarkan pesona kekejian, pertikaian, dan bahkan pengerusakan kesucian anak-anak bangsa yang penuh harapan.
            Akhir-akhir ini kita menyaksikan di beberapa media, sebuah kejadian memilukan yang seakan-akan menjadi peristiwa bersejarah untuk diterawang dan direnungkan bersama untuk sebuah introspeksi kelayakan dari sebuah sistem pendidikan kita. Peristiwa memilukan ini dapat kita opinikan sebagai kado perpisahan untuk pencetus kurikulum 2013 yang membanggakan namun penuh dengan dilematika.
            Banyak definisi yang menjelaskan makna pendidikan, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa, pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang. Definisi pendidikan secara lebih khusus adalah suatu proses pertumbuhan dimana seseorang individu dibantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat sama-sama kita simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek keterampilan) yang dimiliki oleh  seorang individu.
Merujuk dari definisi di atas, tersadar ataupun tidak bahwa pendidikan hanya menuntut 3 (tiga) aspek penting, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Aspek kognitif akan dapat diperoleh oleh seseorang jika kemampuan intelegensinya mencukupi; sementara aspek afektif akan dapat diperoleh melalui pengalaman dan keteladanan; dan aspek psikomotor akan diperoleh dari sebuah gagasan yang bersumber dari pengalaman dan eksplorasi lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian, peristiwa memilukan yang menghiasi duka pendidikan kita akhir-akhir ini kemungkinan besar terjadi karena 3 (tiga) aspek di atas tidak dijadikan dasar untuk menyempurnakan niat memperbaiki sistem pendidikan kita. Marilah kita tengok lebih dalam, untuk mencapai sebuah pengetahuan paling tidak kita harus berikhtiar sempurna untuk mencari referensi yang relevan dengan kebutuhan; begitu juga untuk menumbuhkembangkan keteladanan, paling tidak kita harus mengkaji diri dengan selayak-layaknya; dan untuk menghasilkan sebuah ide besar yang akan ditanamkan dan diaplikasikan, paling tidak kita harus mumpuni dengan pengalaman dan ekplorasi dari kebutuhan sehari-hari.
Yang menjadi pertanyaan kita sekarang apakah para pemangku pendidikan (pendidik) sudah memiliki pengetahuan yang memadai untuk menjalankan sebuah sistem yang diterapkan pemerintah? Apakah pemangku pendidikan (pendidik) sudah siap menjadi figur membanggakan untuk dijadikan acuan afektif dalam keteladanan? Dan, apakah para pemangku pendidikan (pendidik) sudah siap dengan ide-ide besar guna menghasilkan karya yang membanggakan dari anak bangsa yang dididiknya?
Tiga pertanyaan di atas, apakah sudah dipelajari dengan seksama oleh pembuat kebijakan? Memang, Kurikulum 2013 sudah mencakup 3 (tiga) aspek di atas (kognitif, afektif, dan psikomotorik), namun kesiapan untuk menjalankan sebuah hal baru yang penuh dengan tanda tanya ini sudahkah dikaji dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada lagi buku yang kurang, guru yang tidak paham dengan singkatnya materi di dalam pembelajaran.
Dana yang tidak main-main untuk sebuah pelatihan dapat dipastikan hasilnya nol besar, bahkan untuk menuju ke sebuah harapan yang dicita-citakan dari kurikulum 2013 ini hasilnya adalah petaka, karena bisa jadi guru meninggalkan siswanya dalam proses KBM untuk mencari ilmu tentang kurikulum baru penuh dilema.

Untuk itu, kejadian memilukan dalam dunia pendidikan yang terjadi akhir-akhir ini selaiknya marilah kita jadikan sebagai sebuah usaha sadar diri untuk menyempurnakan kurikulum baru ini sebelum diimplementasikan dengan seutuhnya. Mari kita selamatkan kurikulum 2013 untuk kemajuan bangsa dan negara. Semoga bermanfaaat!

0 komentar:

 
TOP