Loading...
Minggu, 29 Maret 2015

Soal Try Out US/M Bahasa Indonesia

Tradisi Panen Madu di Pedalaman Sumatra

            Masyarakat di pedalaman hutan Sumatra, tepatnya di perbatasan antara Jambi dan Palembang, memelihara pohon sialang. Ini bukan pohon sembarang pohon. Bagi mereka, pohon sialang bisa disebut sebagai pohon rezeki. Maklum, di ujung-ujung dahan pohon ini bergantung sarang-sarang lebah madu. Nah, madu-madu inilah yang menjadi sumber penghasilan mereka untuk menjalani kehidupan.
            Pohon pialang memang salah satu pohon asli yang tumbuh di hutan. Ukurannya sangat tinggi. Rata-rata bisa mencapat 50 m dari permukaan tanah. Batangnya bisa berdiameter 2 m. Besar sekali, ya! Pohon ini biasanya tidak berdaun. Disinilah bergantungan sarang tawon atau lebah. Sttttt… setiap dahan pohon biasanya ditempati 20 sarang dan pada setiap pohon dapat ditemukan 100 hingga 200 sarang lebah.
            Panen madu dilakukan sesuai dengan hokum adat yang berlaku. Biasanya, dilakukan di malam hari saat bulan tidak bersinar. Hal itu karena apabila ada cahaya dan lebah yang masil begadang beterbangan, proses pengambilan madu akan terganggu. Setiap pemetikan madu di satu pohon biasanya dilakukan oleh lima orang. Satu orang yang disebut juragan muda akan memanjat pohon dan diiringi oleh dua orang juragan tua. Sementara, dua orang lainnya memanjatkan doa dan berjaga-jaga di sekitar pohon.
            Saat memanjat pohon ini, juragan muda juga menumbai. Menumbai adalah mendendangkan pantun-pantun mantra. Tujuan dari menumbai adalah agar para lebah tertidur dan tidak mengganggu pemetik madu ketika berada di puncak pohon atau dekat dengan sarang yang akan dipetik. Isi mantranya ternyata rayuan gombal pada lebah yang sudah tidur. Jika ternyata masih ada beberapa ekor yang menyengat, juragan muda tetap tenang dan tidak marah. Berkali-kali pula ia mendendangkan mantra hingga selesai pemetikan. Saat turun dari pohon un, juragan muda tetap mendendangkan lagu. Isinya pamitan dan hiburan kepada lebah agar tidak gundah atau sedih karena madunya diambil. Jadi, seluruh proses memetik madu diiringi dengan dendangan mantra yang merdu. Asyik, kan?
Sumber : Orbit, No. 10 Tahun 2005

1.        Apa itu tradisi Panen Madu?
A.    Tradisi upacara memetik madu lebah di pohon sialang
B.     Tradisi upacara memanjatkan doa memetic madu lebah
C.     Tradisi upacara dengan hokum adat  memetic madu lebah
D.    Tradisi upacara membaca mantera-mantera menangkap lebah

2.        Mengapa pohon sialang disebut sebagai pohon rezeki?
A.    Karena pohon sialang memang salah satu pohon asli pohon asli yang tumbuh di hutan dan menjadi sumber penghasilan
B.     Karena diujung-ujung dahan pohon itu bergantung sarang-sarang lebah madu. Madu-madu tersebut menjadi sumber penghasilan
C.     Karen pada setiap pohon sialang dapat ditemukan 100 hingga 200 sarang lebah untuk diambil madunya
D.    Karena biasanya pohon sialang tidak berdaun. Disetiap dahan inilah bergantungan sarang lebah yang menghasilkan uang

3.        Kalimat utama/ide pokok pada paragraf ke-3 bacaan diatas adalah …
A.    Panen madu dilakukan sesuai dengan hokum adat yang berlaku
B.     Panen madu biasanya dilakukan pada malam hari saat bulan telah bersinar
C.     Hal itu karena apabila ada cahaya, proses pengambilan lebah akan terganggu
D.    Setiap pemetikkan madu di satu pohon biasanya dilakukan oleh lima orang

4.        Kalimat yang sesuai dengan isi paragraf ke-2 adalah ...
A.    Memetik madu lebah di pohon sialang harus dengan doa mantera-mantera
B.     Pohon sialang tempat tempat hidup sarang tawon yang menghasilkan madu lebah
C.     Pohon sialang bukan sembarang pohon. Di ujung dahan pohon bergantungan sarang-sarang lebah
D.    Pohon sialang biasanya tumbuh di hutan. Ukurannya sangat tinggi bisa mencapat 50 meter dari permukaan tanah. Batangnya bisa berdiameter 2 meter. Biasanya tidak berdaun.

5.        Kalimat tanya yang sesuai dengan paragraf ke-4 adalah …
A.    Siapa yang menjadi juragan muda?
B.     Apa tujuan dari menumbui?
C.     Mengapa juragan muda memanjat pohon?
D.  Bagaimana cara mendendangkan pantun mantera?

0 komentar:

 
TOP